Konflik antara Iran dan Israel telah memasuki fase yang sangat tegang dalam beberapa minggu terakhir, ditandai dengan serangan langsung dan kerugian signifikan di kedua belah pihak. Setelah 12 hari saling serang yang mematikan, kedua negara dilaporkan telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata, meskipun situasi tetap rapuh dan penuh ketidakpastian.
Kronologi Eskalasi Terbaru
Ketegangan yang sudah berlangsung lama antara kedua negara mencapai puncaknya dalam periode 12 hari yang dimulai pada 13 Juni 2025.
- Serangan Awal Israel: Pada 13 Juni, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke sejumlah fasilitas nuklir Iran, termasuk di Natanz dan Isfahan. Serangan ini disebut Israel sebagai langkah “pre-emptive” terhadap dugaan program senjata nuklir Iran. Laporan menyebutkan beberapa tokoh penting Iran, termasuk jenderal dan ilmuwan nuklir, tewas dalam serangan ini.
- Balasan Iran: Iran merespons dengan meluncurkan rudal balistik dan drone ke wilayah Israel, termasuk kota-kota besar seperti Tel Aviv dan Haifa. Serangan ini menyebabkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Iran mengklaim telah meluncurkan sekitar 400 rudal balistik dan 1.000 drone sejak saat itu, dengan rudal hipersonik Fattah diklaim mampu menembus pertahanan udara Israel.
- Keterlibatan Amerika Serikat: Pada 21 Juni, Amerika Serikat secara mengejutkan melancarkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir Iran, termasuk Fordo, Natanz, dan Isfahan, dengan klaim “menghancurkannya sepenuhnya.” Presiden AS Donald Trump menyatakan dukungan atas tindakan Israel dan menimbang kemungkinan keterlibatan lebih lanjut.
- Respons Iran terhadap AS: Sebagai balasan atas serangan AS, Iran menargetkan pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah, Al Udeid di Qatar, pada 23 Juni. Iran mengklaim telah memberi tahu Qatar terlebih dahulu, menunjukkan upaya untuk menghindari eskalasi yang lebih luas dengan AS.
- Gencatan Senjata: Pada 24 Juni, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengumumkan berakhirnya “perang 12 hari” melawan Israel. Pengumuman ini menyusul ajakan Presiden AS Donald Trump agar kedua negara menghentikan serangan. Meskipun demikian, ada laporan bahwa gencatan senjata masih diwarnai pelanggaran dan kemarahan dari pihak AS dan Israel.
Dampak Kemanusiaan dan Kerugian
Konflik ini telah menelan korban jiwa dan kerugian material yang signifikan:
- Korban di Iran: Menurut Kementerian Kesehatan Iran, setidaknya 639 warga Iran tewas dan 4.700 lainnya luka-luka akibat serangan Israel dalam periode 12 hari tersebut. Serangan terparah dilaporkan termasuk di Dataran Tajrish, Teheran.
baca juga : https://www.hdselcuksports.net/mobile-lagend/
- Korban di Israel: Kementerian Kesehatan Israel melaporkan 28 warga negaranya tewas akibat serangan rudal Iran, dengan 3.238 orang dirawat di rumah sakit.
- Kerusakan Infrastruktur: Kedua negara melaporkan kerusakan luas pada instalasi militer, nuklir, dan bahkan area permukiman.
Peran Aktor Internasional
-
Amerika Serikat: AS memainkan peran sentral dengan terlibat langsung menyerang fasilitas nuklir Iran dan kemudian mendesak gencatan senjata. Presiden Trump bahkan dilaporkan marah kepada Israel karena melanggar gencatan senjata yang disepakati.
-
Rusia: Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyatakan kemungkinan tercapainya kesepakatan untuk mengakhiri perang dan siap menjadi mediator. Rusia memiliki hubungan strategis dengan Iran.
-
Tiongkok: Tiongkok cenderung menyerukan dialog diplomatik dan perdamaian, menekankan pentingnya peran PBB dan menghindari retorika yang memanaskan situasi.
-
Negara-negara Eropa: Beberapa negara Eropa mengutuk serangan AS ke Iran dan menyerukan deeskalasi, meskipun tetap dihadapkan pada tantangan untuk menjaga keseimbangan antara komitmen multilateralisme dan hubungan strategis dengan AS.
-
Qatar: Qatar berperan dalam memfasilitasi komunikasi dan berhasil membujuk Teheran untuk menerima gencatan senjata, bahkan setelah serangan Iran ke pangkalan militer AS di wilayahnya.
Implikasi dan Prospek ke Depan
Eskalasi konflik ini memiliki implikasi serius terhadap stabilitas regional dan global:
-
Kenaikan Harga Minyak: Konflik berpotensi memicu lonjakan harga minyak dunia, meskipun setelah gencatan senjata harga minyak mentah Brent sempat turun. Potensi penutupan Selat Hormuz oleh Iran tetap menjadi kekhawatiran besar.
-
Guncangan Pasar Keuangan: Ketidakpastian geopolitik dapat mengguncang pasar keuangan global, mendorong investor mencari aset aman dan memicu capital outflow dari negara-negara berkembang.
-
Stabilitas Regional: Konflik ini memperburuk ketidakstabilan di Timur Tengah, dengan potensi keterlibatan aktor non-negara (seperti Houthi atau Hizbullah) yang berafiliasi dengan Iran.
Selengkapnya : https://thefutureisuscollective.com/our-team
-
Program Nuklir Iran: Serangan terhadap fasilitas nuklir Iran menimbulkan pertanyaan tentang masa depan program tersebut dan komitmen Iran terhadap Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.
-
Diplomasi yang Sulit: Meskipun ada gencatan senjata, akar konflik yang dalam, termasuk klaim Israel atas ancaman eksistensial dari program nuklir Iran dan dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok anti-Israel, membuat solusi jangka panjang tetap sulit dicapai.
Situasi di Timur Tengah tetap sangat volatil, dan gencatan senjata yang ada saat ini masih sangat rapuh. Dunia akan terus memantau dengan cermat perkembangan selanjutnya dan upaya diplomatik untuk mencegah eskalasi yang lebih luas.